Ini tidak direncanakan.
Hingga memilih untuk tak tega pamit.
Serupa Putri dan Pangeran yang terpisah tanpa kecupan.Semuram malam yang kehilangan bulan..
Sedikit saja tentang nya melintas, pelupuk mataku menjadi kantung air.
Malam itu, pada pertemuan terakhir yang singkat, ketika gerimis berlomba membasahi kita, pelukmu yang hangat mendekap lekat, meredakan tangisku yang tiba-tiba.
Seolah itu pertanda, yang tak sempat terpikirkan.
Kini kita terpisah ratusan kilometer.
Dalam sekat jarak yang membatasi kita, rinduku kian sekarat,
Menunggu dekap dalam dekat yang lekat.
Rindu adalah wujud dari penderitaan yang indah teruntuk dua debar yang saling melantunkan cinta namun akhirnya tenggelam dalam perpisahan
Lantas apa???
Cara untuk tidak merindu? Selain menemuinya...
Lalu....
Dalam renung, menatap kekosongan.
Aku mencaricari bahagia yang sederhana pada hubungan ini.
Seperti canda lewat barisan kata juga bersua sapa di ujung telfon...
Lantas penantian bukan hanya perkara gampang. Ada sabar yang perlu dipupuk, ada hati yang perlu di jaga di rawat agar tak layu oleh prasangka dan tanda tanya....
Dulu aku menikmati hari-hari dengan binar matamu, dengan simpul senyum manis yang menyipitkan matamu juga pelukan pelukan yang menenangkan...
Sekarang...
Aku hanya rebah di kasurku, membayangkan apa yang sedang kamu lakukan tanpaku, disampingmu....
Aku tidak ingin mengecewakan, karena aku pun tak ingin di kecewakan.
Aku akan terus bersabar menunggu dalam menanti temu...
Aku pernah, merasa dititik dimana aku mati rasa karena kegagalan dan terjatuh berulang kali. Lalu menjalani hari demi hari seperti itu itu saja....
Dan dia adalah jawaban, atas pertanyaan ku tempo hari.
Ketika hatiku sunyi dan berkata bahwa aku butuh seseorang.
Hadirnya nyata disela sela malam yang kala itu resah karena penantian dan akupun Jatuh Cinta...
Padanya yang mampu menghidupkan Rindu, aku akan tetap meyetia sampai pada semesta mengizinkan kita kembali dalam pelukan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar